Dulu dia pernah bilang untuk membantuku agar orang tuanya mau percaya denganku. Karena dulu dia pernah diringgalkan dengan alasan kasta. Dan hampir 4 tahun dia merasakan sakit yang mendalam. Jadi dulu dia berkata dan meyakinkanku untuk maju. Hati yang sudah lama tak pernah merasakan kepercayaan dari seorang wanita seoalah bangkit dari keputusasaan yang dulu pernah diterima. Ku putuskan untuk mempercayai apa yang dia percayakan. Namun setelah kuputuskan kabahagian yang aku impikan sirna dengan alasan yang tidak masuk di akal. Dan tak lama kemudian kepercayaan yang dia berikan soalah menghilang tanpa kejelasan. Hari demi hari berlalu hingga tiba saat dimana dia menghilang tiba-tiba. Ku coba bertanya kepadanya: kenapa 4 hari tak ada kabar? Jawabnya: lagi ada kesibukan mas
Ku coba bertanya lagi: susahkah memberi beberapa kabar ataupun sekdar chet tentang keadaan?
Jawabnya: aku bukan dirimu mas yang setiap saat bisa buka ataupun balas chet. Lalu diam ku dibuatnya karena memang berat menjadi anak pertama,apalagi seorang wanita (fikirku).
Hari berganti bulan dengan perilaku dan sikap sama (tanpa kabar,tanpa komunikasi). Lalu ku coba bertanya kepadanya: kenapa sikapmu berubah begitu drastis terhadapku?
Jawabnya: aku masih sama mas,cuman memang keadaanku lagi banyak kesibukan.
Tanyaku lagi: sama bagaimana to dek,selama ini aku coba hungi kamu gak pernah ada jawaban,chet,telfon
Jawabnya: aku gak seperti dirimu mas yang waktu-waktu bisa balas ataupun buka WA. Diam lagi aku dibuatnya dengan fikiran dan alasan yang sama.
Bulan berganti tepatnya dibulan juni,dengan keingin tahuan yang teramat sangat aku mencoba mencari tahu kenapa dia berubah tanpa ada penjelasan. Lalu ku coba lagi bertanya: dek kenapa to sikapmu berubah?
Jawabnya: aku tidak suka orang perokok mas.
Tanyaku lagi: apa itu alasan perubahan sikapmu selama ini?
Jawabnya: aku sudah punya pacar mas,bukan orang baru,udah lama aku kenalnya bahkan lebih dulu dia dari pada kamu. Cuman pernah lepas kontak dan baru komunikasi sekitaran 5 bulan.
Tanyaku lagi: aku mengenalmu sudah lebih 1 tahun dan dirimu bilang duluan dia dari pada aku?
Jawabnya:..........(tidak membalas)
Bulan demi bulan berlalu hingga berubah menjadi tahun. Ku coba menerima keputusannya dengan harapan bisa menemuinya untuk terakhir kali.
Tanyaku: dek ketemu yok,untuk terkhir kali.
Jawabnya: buat apa?
Tanyaku lagi: mau mengobrol sebentar (mau mengungkapkan dan bertanya tentang kebenaran)
Jawabnya: semua sudah jelas mas gak perlu ada yang dibicarakan lagi.
Tanyaku lagi: please dek terakhir kali?
Jawabnya: yaudah nanti saya kabari.
Tahun demi tahun berlalu dengan menanti kabar yang akan dia berikan. Namun semua itu hanya alasan untuk mengalihkan pembahasan. Ku coba lagi bertanya kepadanya: dek jadi kapan ketemunya kok gak ada kabar-kabar?
Jawabnya:......(tidak membalas)
Ku coba lagi menelfon dia namun tidak diangkat. Kemudian ku spam sampai beberapa kali juga masih tudak diangkat,malah berada dalam panggilan lain. Lalu bagaimana hati ini bisa menerima perlakuan yang seperti itu?
Kemudian ku coba mencari tahu dari seorang teman,dengan sedikit rasa malu ku coba bertanya: nang kenal A-n-?
Jawabnya: kenopo mas?
Tanyaku lagi: pacare wong ndi?
Jawabnya: wah iku wes terkenal a mas,pacare sak angkatane podo S.H ne.
Jawabku: ouh matur suwun.
Fikirku mungkin orang itu salah dan coba aku tanya kebenarannya langsung kepadanya.
Tanyaku: dek bener pacarmu sang akatanmu,podo S.H ne?
Jawabnya: dirimu dikandani sopo mas?
Tanyaku lagi: bener apa gak?
Jawabnya: bener mas (seketika itu hatiku hancur tak tau lagi apa yang harus aku lakukan,aku hanya bisa diam dan menangis)
Beberpa hari kemudian aku mencoba lagi bertanya kepadanya: lalu selama iki diriku nak anggap apa dek?
Jawabnya: lebih dari teman
Tanyaku lagi: lalu kenopo aku nak permainno koyo ngene?
Jawabnya: .....(tidak membalas)
Selama ini kesabaran,kepercayaan yang aku berikan dibalas dengan sebuah penghianatan. Dengan berat aku coba menerima perlakuan sepihaknya itu.
Ku coba memendam derita dari rasa kekecewaan
Namun dirimu tak mau tahu dengan keadaan
Ku coba memendam kerinduan tanpa adanya pertemuan
Namun dirimu tak pernah merasakan
Ku coba memendam duka dari luka yang mendalam
Namun dirimu terlihat bahagia dengan kesayangan
Ku coba memndam fikiran dari khayalan
Namun dirimu selalu keluar dalam ingatan
Semua hanya titipan,begitupun perasaan
Semua hanya titipan begitupun dengan kasih sayang
Semua hanya titipan begitupun dengan kebahagiaan.
(Ku coba menenangkan hatiku dalam kesendirian dan kehampaan).
Komentar
Posting Komentar